Read More.. Indra Long: 4 Okt 2007

04 Oktober 2007

Pasar Burung Barito

Indahnya Matahari Sore

Peresmian Underpass Kebayoran Lama


Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso meresmikan pembangunan underpass Kebayoran Lama, Jakarta Selatan (4/09). Proyek underpass ini memakan dana sebesar Rp 82 miliar dari APBD.

underpass yang diresmikan pukul 14.30 WIB di titik Simpang Jamblang, Jl Sultan Iskandar Muda, Kebayoran Lama tersebut dibangun mengatasi kemacetan arus lalu lintas persimpangan kramat, Velbak, Fly Over Kebayoran Lama, Gandaria dan Persimpangan Simprug.

Proyek yang pelaksanaan pengerjaanya dikerjakan oleh PT. Pembangunan Perumahan (PP) tahun 2006-2007 dengan konsultan pengawas PT. Cipta Multi Kreasi.

Panjang kontsruksi mencapai 18000 m dengan lebar jalan 2 x 3.5 m dengan sistem drainase pumping sistem, melalui sistem ini air hujan dialirkan dan ditampung dalam kolam sumpit dan dipompa kepembuangan akhir dengan pompa submersible.

Proyek ini diharapkan bisa mencairkan lalu lintas dari Ciledug/Kebayoran Lama, Pondok Indah maupun Permata Hijau. "Masalah penangan macet harus konsisten dengan membuat peningkatan jalan seperti underpass dan fly over. selain itu pembangunan busway dan lainnya", jelas gubernur DKI Jakarta yang resmi diganti 7 Oktober esok.

Sutiyoso menambahkan, kemacetan yang terjadi di Jakarta merupakan akibat pertumbuhan jalan dan pertumbuhan kendaraan tidak seimbang. Bang Yos dalam sambutannya mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan masyarakat Jakarta selama menjabat kursi gubernur.

Garuda Photo Competition dan Garuda Junior Holiday Competition

Garuda Photo Competition & Garuda Junior Holiday Competition Sukses dilaksanakan.
Tahun 2007 ini Garuda Indonesia melalui Garuda Magazine menyelenggarakan dua event besar yang menarik perhatian dan partisipasi dari dua kalangan berbeda, yaitu Garuda Photo Competition 2007 untuk pelajar, fotografer dewasa serta profesional dan Garuda Junior Holiday Competition 2007 untuk anak-anak.

Bertempat di mal Senayan City Rabu kemarin (3/09) pemberian hadiah dilakukan langsung oleh jajaran manajemen Garuda Indonesia pimpinan Emirsyah Satar selaku President dan CEO Garuda Indonesia.
GPC diselenggarakan untuk memperingati hari jadi Garuda Indonesia yang ke-58 pada 26 Januari 2007 lalu. dengan tujuan mendekatkan diri dan memberikan apresiasi kepada pelanggan Garuda Indonesia, khususnya komunitas photografer. Selain sebagai kompetisi foto yang unik, acara ini juga mewakili perhatian Garuda Indonesia untuk mempromosikan daerah-daerah pariwisata Indonesia yang potensial.

Pemenang GPC 2007 untuk kategori umum : Golden Winner dimenangkan oleh Stephanus Hannie asal Semarang. Silver Winner dimenangkan oleh I Made Yudistira asal Bali. Bronze Winner dimenangkan oleh Iwan Kurniawan asal Jakarta. Sedangkan untuk pemenang GJHC 2007 untuk kategori 1 (usia 5-9 tahun) pemenang pertama Salimaa Khoirunnisa asal Bogor, pemenag kedua Elfidela Risti Nathaniela asal Jakarta dan pemenang ketiga Indra Pramudya asal Jakarta. Sedangkan untuk kategori II (usia 10-12 tahun) pemenang pertama Oryza Sativa asal Jakarta, pemenag kedua Olivia Savitri Subagyo asal Jakarta dan pemenang ketiga Catherine Melinda asal Jakarta.

Dalam pelaksanaan babak final, ke 13 finalis diberangkatkan ke Bukittinggi, Sumatra Barat. Sumatra Barat dipilih sebagai lokasi final GPC 2007 karena selain memiliki objek-objek wisata yang indah dan unik untuk di foto oleh para finalis. Propinsi tersebut telah ditetapkan sebagai salah satu dari lima destination unggulan wisata oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. (reportase & foto : indra kusuma)

Polisi Abu-Abu (tilang atau damai)



emmmhh..usai meminum segelas kopi diwarung di bilangan Darmawangsa. Dibawah cahaya matahari yang mulai meredup saya dan ke dua teman beradu argumen mengenai kekuatan iman Polisi di bulan Ramadhan ini. Adu argument tersebut tertuju pada sebuah cerita seorang teman yang baru saja tertilang polisi di bilangan Mampang Jakarta Selatan. Sambil bertanya-tanya apa mungkin Polisi di akhir bulan puasa ini sebagian sedang cari duit tambahan buat lebaran. Emhh..tapi apakah polisi seperti itu, saya belum bisa mengatakan ya atau tidak.

Sambil menunggu waktu berbuka puasa dan liputan di Senayan City kami bertiga mencoba membuat sebuah penelusuran kecil-kecilan mengenai kedisiplinan polisi (Tilang atau Uang damai). Setelah tema penelusuran ketemu, kami mengambil lokasi paling banyak masyarakat pengguna kendaraan melanggar rambu lalu lintas di depan Plaza Senayan, tepatnya putaran kearah STC kalau dari arah mal Senayan City. Lokasi ini dipilih bukan tanpa alasan, yang pertama lokasi sangat dekat sekali dengan liputan kami bertiga (Liputan pengumuman pemenang Garuda Photo Competition&Garuda Junior Holiday Competition 3/09) di mal Senayan City. Alsan kedua adalah lokasi tersebut merupakan titik paling banyak pengguna kendaraan bermotor melanggar rambu lalu lintas di bilangan senayan selain titik Patung Bundaran Senayan.

Liputan disenayan city pun selesai tepatnya pukul 20.30 WIB. Saatnya mecoba kebenaran yang menjadi tanda tanya mengenai polisi. Kami sengaja mengeluarkan 2 motor kami dari parkiran (padahal kami masing-masing bawa motor). Motor pertama dibawa oleh temanku dalam keadaan motor lengkap dan surat-surat (STNK, SIM) dengan helm dikepala tentunya. Sedangkan motor yang kedua saya yang bawa dengan lengkap (STNK,Helm) akan tetapi tanpa SIM dan temanku (boncengan) tidak menggunakan helm.

Grengg...grenggg....(motor keluar dari Senayan City) pas putaran balik pertama (putaran balik untuk kearah Senayan) sambil menirukan sirene polisi sekencangnya kami pun memutar balik di lokasi tersebut....euiiiiiiii..... baru 10 meter dari putaran kami pun langsung dihadang oleh 2 petugas polisi (padahal kami belum tahu pasti kalau ada polisi disitu) gak taunya seperti di sebuah iklan rokok bergambar huruf A...hehehehe.

Dengan sopan polisi X (polisi pertama yang memberhentikan motor yang saya bawa /motor kedua). "Malam pak, bisa lihat surat-suratnya...STNK dan Sim", tanya polisi X tersebut. Saya pun menjawab "ini STNK nya, sedangkan... SIM saya tidak punya pak...(padahal saya punya di selipan dompet). Mana KTP kamu, "bapak telah melanggar rambu lalu lintas, tidak punya SIM dan tidak menggunakan helm yang diboncengin", jelas pilisi X kepada saya. Layaknya orang yang tidak pernah ditilang, saya pun bertanya "ahhh..bapak, maaf pak sedang buru-buru pak, maaf pak". X menjawab tidak bisa pak "peraturan harus ditegakkan, mau Angkatan sekalipun tetap ada aturannya. "Bagaimana nih pak Tilang saja yahh.." ragu polisi x..Saya pun bertanya Gak bisa dikelarkan hari ini pak. Wah..ini sudah ada peraturannya Pak...saya hanya bisa bantu Denda titip sidang ujar si X. dengan terkejut (baru sekali ngeliat) saya disodorkan daftar list denda, seperti daftar menu makanan + harganya di sebuah restoran.

Kami berdua pun tertawa "masa sih pak". Iya kamu kena tiga pasal (SIM,langgar rambu,helm) kalau gak ada SIM kamu kena 75 ribu, belum langgar rambu dan helm bisa mencapai lebih dari 150 ribu. Polisi X menjelaskan secara detil kesalahan saya. sambil berdialog, tiba-tiba ada sebuah mobil sedan berputar diputaran tersebut, langsung saja polisi X memberhentikan. Namun aneh, kok cepat sekali sedan tersebut langsung jalan kembali. "Mungkin aja di dalam STNK mobil sedan tadi ada selipan uangnya, celoteh temanku. X pun menghampiri aku, bagaimana Pak (seakan menunggu kepastian) tilang saja yah..atau.(.....). langsung saja dengan menunjukan uang kepada temanku yang tidak pakai helm, polisi tersebut langsung menyodorkan STNK dan KTP ku layaknya berjabat tangan. Perpindahan Uang pun terjadi...sayang kami teman saya tidak merekam dari kamera Handphone proses tersebut. urusan dengan polisi X pun kelar dengan nominal 30 ribu masuk saku celana coklat tersebut. X pun langsung meninggalkan ku. Kini tinggal motor pertama nasibnya.

Usai dengan polisi X Saya dan temanku menghampiri Motor pertama yang sedang menunggu keputusan Tilang atau Damai. Temanku (pengendara motor) mencoba merayu polisi Y mulai minta maaf hingga ngajak ngobrol polisi tersebut untuk bisa damai ditempat. Namun tetap saja seperti saya tadi polisi tersebut menwarkan tilang saja yahh. Cuma 50ribu ko..dendanya, nanti pagi kamu ambil di komdak

Sampai kami bertiga turun tangan mencoba merayu polisi Y untuk damai di tempat. tapi tetap saja polisi Y dengan kukuh mempertahankan prinsipnya. Akhirnya pengendara motor pertama resmi ditilang, tapi dianjurkan tidak ikut sidang, melainkan disuruh mengambil SIM yang ditahan di Komdak di bagian staf tilang patwal. Ternyata benar kena denda 50 ribu.


Polisi Y pun meninggalkan kami bertiga di lokasi...sambil tertawa senang akhirnya pembicaraan kami lanjutkan kesebuah tempat makan sate di bilangan Sungai Sambas.
Argumen yang dikeluarkan masing-masing adalah pertama, mungkin kedua polisi tersebut memang sengaja nongkrong lokasi tersebut, kali-kali dapat tambahan jajan. kedua, Polisi tersebut memang sengaja nyari duit tambahan. Ketiga, mungkin untuk menertibkan pengguna lalu-lintas.

Perbedaan yang sangat jauh sekali mengenai denda tilang Motor kedua punya 3 pelanggaran dengan denda diatas 150 ribu sedangkan Motor pertama hanya punya 1 pelanggaran dengan denda 50 ribu. Tapi semua itu beda nominalnya bila perkara selesai di lokasi, namun nilai nominal uang tersebut masuk ke celana coklat. Berbeda yang selesai di kantor polisi, yang uangnya masuk kedalam uang negara (gak tahu uang nya bener-bener masuk kas negara atau engak) mudah mudahan tidak seperti yang diinginkan banyak orang.

Satu hal yang paling penting adalah Anda harus benar-benar mematuhi peraturan dan rambu lalu lintas di jalan, karena itu semua demi keselamatan anda dan pengguna jalan yang lainnya. Bila Anda melakukan pelanggaran di jalan, mintalah surat tilang jangan lewat jalan damai di tempat.

Itu semua demi kemajuan dan perkembangan peradaban budaya masyarakat kita yang sedang tertatih-tatih menuju sebuah citra masyarakat modern, walau tidak semua masyarakat berkeinginan menjadi masyarakat modern.

Semoga Indonesia dapat terus memperbaiki citranya di bidang korupsi walau menurut penelitian versi Transparency Internasional Indonesia menempati urutan ke-38 negara paling korup di dunia, jauh lebih baik dari Malaysia.

Tentun saja semuanya itu harus dimulai dari kesadaran masyarakat, terlebih bagi para aparatur negara. "Kalau aparatnya saja 'gak beres gimana mau maju", ujar Toni pedagang sate.

Sungguh lengkap rasanya, menelusuri Tilang atau Damai. Kedua versi jawaban mengenai kredibilitas polisipun terlihat jelas di wajah kami bertiga pada saat itu. Ini hanya contoh kecil di wilayah Ibu Kota Jakarta. Mungkin Anda pernah mendengar atau mengalami peristiwa semacam ini di kota Anda tinggal.